Seorang ibu dari Selandia Baru, Jessica Vermunt memperingatkan orang tua untuk waspada akan risiko gel tumbuh gigi. Bonjela, gel yang dapat mengurangi rasa sakit pada bayi yang sedang tumbuh gigi nyaris merenggut nyawa buah hatinya yang berusia 7 bulan. Jessica Vermunt memposting di grup ‘pengasuhan bayi’ di Facebook, bahwa putrinya dilarikan ke rumah sakit setelah dia memberikan anak itu gel penumbuh gigi. “Saya saat ini berada di Rumah Sakit Starship dengan bayi saya yang berusia 7 bulan yang secara harfiah hanya beberapa menit dari kematian setelah terlalu banyak Bonjela,” tulis Vermunt dalam komunitas di platform media sosial itu, seperti dikutip dari Daily Mail. “Bahan aktif dalam Bonjela akan mengubah darah bayi Anda ACIDIC dan menyebabkan gagal ginjal total,” tulis sang ibu.
Dia mengatakan putrinya, Athena mengalami rasa sakit yang cukup kuat karena tumbuh gigi. Jadi, dia mengoleskan gel yang cukup banyak, tanpa menyadari bahwa gel itu bisa berbahaya dan mengancam nyawa.
“Saya sadar bahwa dia mendapat olesan lebih banyak dari dosis normal. Tapi intinya, tetap saja bahwa produk ini memiliki potensi untuk membunuh anak Anda. Namun, tidak ada informasi nyata atau peringatan tentang tingkat keparahannya,” kata sang ibu kepada nzherald.co.nz.
Sang ibu mengatakan kepada media online bahwa pasangan itu berada di dokter selama empat jam sebelum Athena berhenti bernapas, dan menjadi tidak responsif. Bayi itu dibius dan dimasukkan ke mesin pernapasan, sementara para dokter melakukan infus darah dan transfusi.
Vermunt menambahkan bahwa bayinya hanya butuh lambat beberapa menit mendapat penanganan, untuk kehilangan nyawa karena terlalu banyak gel tumbuh gigi. Namun, karena cepat ditangani oleh para medis, kini buah hatinya segera pulih dengan cepat.
“Mereka mendiagnosis dia dengan overdosis salisilat. Salicylate itu adalah bahan aktif pada Bonjela,” ungkap Vermunt.
Belum diketahui apakah sang anak berisiko mengalami komplikasi jangka panjang karena overdosis gel gigi tersebut.
Bonjela Menanggapi
Seorang juru bicara untuk Bonjela, dikutip oleh stuff.co.nz mengatakan perusahaan mengetahui insiden tersebut dan berusaha menghubungi Vermunt untuk mengetahui rincian insiden yang menyedihkan itu.
“Kami telah diberitahu tentang insiden yang berkaitan dengan Bonjela dan saat ini sedang mencoba untuk menghubungi konsumen secara langsung untuk memahami apa yang sebenarnya telah terjadi. Sementara itu, kami mengirimkan harapan terbaik kami kepada sang bayi untuk pemulihan yang cepat. Kesehatan dan keselamatan konsumen kami adalah prioritas utama bagi kami,” tulis pabrikan Bonjela, Reckitt Benckiser dalam sebuah pernyataan.
“Kami memperhatikan kesehatan dan keselamatan pelanggan kami dengan sangat serius. Semua produk Bonjela di Australia dan Selandia Baru ditinjau dan disetujui secara menyeluruh oleh Therapeutic Goods Administration (TGA), badan pengawas untuk barang-barang terapi di Australia, dan juga Otoritas Keselamatan Alat Kesehatan dan Alat Kesehatan Selandia Baru (Medsafe) untuk keamanan dan kemanjuran.”
“Seperti semua obat-obatan, orang tua harus menggunakan prangsang tumbuh gigi dan gel sariawan hanya sesuai dengan petunjuk pada kemasan dan harus segera berkonsultasi dengan profesional kesehatan jika mereka memiliki masalah.”
Kebanyakan gel mulut seperti Bonjela mengandung garam salisilat, bahan kimia yang mirip dengan aspirin, yang meredakan sariawan dan nyeri mulut.
Gel itu pernah menyita perhatian serius pada tahun 2009 ketika Badan Pengawas Obat-obatan dan Produk Kesehatan Inggris (MHRA) menyarankan agar anak-anak di bawah 16 tahun tidak boleh diberikan gel pereda nyeri mulut yang mengandung garam.
MHRA mengatakan ada risiko teoritis bahwa produk dengan garam dapat menyebabkan anak-anak mengembangkan Sindrom Reye, suatu kondisi langka yang menyebabkan kerusakan hati dan otak yang serius. Belum ada kasus Bonjela atau Bonjela Cool Mint Gel yang dikonfirmasi menyebabkan Reye, menurut lembaga ini.
Namun, regulator telah menerima laporan tiga anak yang dirawat di rumah sakit dengan dugaan reaksi obat yang merugikan setelah menggunakan gel oral seperti Bonjela. Dalam semua kasus, Sindrom Reye selalu dicurigai, namun tidak dikonfirmasi atau dipastikan menjadi penyebab utamanya.
Ada juga empat laporan muntah atau diare pada anak-anak setelah penggunaan Bonjela. Dalam tiga kasus gel itu telah diberikan untuk rasa sakit gigi, dan dalam semua kasus, anak-anak pulih sepenuhnya.
Reckitt Benckiser mengatakan kepada Reuters pada saat itu bahwa Bonjela dan Bonjela Cool akan dengan jelas dilabeli sebagai merek dewasa.
Pabrikan itu juga mengatakan kepada Reuters bahwa peringatan itu tidak berlaku untuk Bonjela Teething Gel-nya, yang tidak mengandung garam salisilat dan tetap aman untuk anak-anak yang baru berusia 2 bulan.
Selandia Baru yang setara dengan MHRA, Medsafe, mengatakan kepada Newshub bahwa Bonjela masih aman untuk digunakan pada anak-anak pada tahun 2009 dan belum melihat kasusnya lagi sejak itu.
“Tidak ada kasus tentang produk ini yang dilaporkan ke Pusat Pengawasan Reaksi Merugikan (CARM) sejak 2009 dan karenanya, saran terakhir Medsafe tentang bonjela adalah pada 2009,” kata manajer kelompok Chris James, menurut Newshub.
“Kami tidak dapat mengambil tindakan jika tidak ada bukti kerusakan, tetapi kami sangat menganjurkan keluarga atau petugas kesehatan yang merawat anak untuk melapor ke CARM.”
James dikutip oleh stuff.co.nz mengatakan bahwa, “Jika informasi keselamatan produk dipatuhi, Bonjela adalah produk yang aman dan efektif.”
Pada 2009, Medsafe mempertimbangkan untuk mengambil langkah serupa dengan yang diambil di Inggris dan meninjau produk gel mulut untuk keamanan.
Menurut stuff.co.nz, Medsafe menyimpulkan produk itu aman bila digunakan pada dosis yang disarankan. (TOM OZIMEK dan Reuters/The EPoch Times/waa)