Jarak puluhan kilometer yang ditempuh Revi (21) dari Kota Minas, Kabupaten Siak, menuju Pekanbaru untuk membawa bayinya bernama Hanafi berobat, karena menderita Hidrosefalus, tidak membuahkan hasil. Ia mengaku, dirinya dan bayi ditolak pihak RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru dengan alasan adiministrasi.”Bayi saya sempat dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) begitu sampai ke rumah sakit. Kemudian, dokter meminta mengurus administrasi. Karena saya tidak ada BPJS dan identitas, bayi saya tidak jadi dirawat dan diminta pulang,” kata perempuan yang bekerja di sebuah kebun di Minas, Selasa (5/8/2014).

Revi sempat memohon agar bayinya mendapat perawatan, tapi tetap ditolak. Pihak rumah sakit-pun meminta dirinya menghubungi pihak Dinas Kesehatan Riau. “Kemudian, saya pergi bersama pak Jonter Sihombing, pemilik kebun, yang membawa saya ke Pekanbaru,” imbuh Revi.

Sesampainya di Dinas Kesehatan Riau, pegawai disana memintanya mendatangi Dinas Sosial Riau. Disana, ia diminta melapor ke polisi dengan dalih Revi dan keluarganya merupakan orang terlantar.

“Saya heran kenapa yang diminta urus adalah terlantarnya, bukan bayinya yang sudah kritis. Saya kasihan melihat bayinya. Kepalanya sudah besar semacam ada cairan. Badannya kurus dan bola matanya sudah kabur begitu,” kata Joner, yang setia mendampingi Revi.

Menurut Jonter, ia membawa Revi dan bayi yang bernama Hanafi itu pada pukul 22.00 WIB, Senin (4/8/2014). “Sampai sekarang, belum ada kepastian dari Dinas Sosial apakah bayi ini akan dirawat atau tidk,” katanya ditemui di Kantor Dinas Sosial, Selasa (5/8/2014).

Diceritakan Jonter, Revi dan keluarganya memang bekerja di kebun miliknya di Minas. “Kemarin saya melihat kebun dan melihat bayi itu. Karena merasa iba, saya bawa berobat ke Pekanbaru. Sampainya disini malah ditolak karena alasan administrasi,” katanya.

Pantauan wartawan, bayi Hanafi selalu menangis digendong neneknya Gumawati (51). Kepalanya sudah membesar karena berisi cairan. Badannya kurus dan hanya terlihat tulang.

“Umurnya sudah 2 bulan. Menderita penyakit ini sudah sebulan. Proses kelahirannya normal. Kami tidak punya biaya pengobatan karena selalu bekerja berpindah-pindah dari kebun satu ke kebun lainnya. Ayahnya sekarang lagi mencari bantuan dana,” ujar Gusmawati.

Humas RSUD Arifin Ahmad, Marsiah, dikonfirmasi mengaku belum mendapat kabar terkait penolakan bayi ini. “Saya cari dulu informasinya ya,” katanya singkat.