Pemerintah Provinsi Papua berencana membangun rumah sakit khusus untuk menangani dan merawat warga yang positif terinfeksi HIV/AIDS. “Selama ini penanganan warga yang positif terinfeksi HIV/AIDS di rumah sakit umum terkesan masih diskriminatif. Harus ada rumah sakit khusus buat mereka (warga yang sudah positif HIV/AIDS, red.),” kata Kepala Dinas Kesehatan Papua drg. Aloysius Giyai di Jayapura, Senin.

Menurut dia, selama ini masyarakat yang terdeteksi HIV/AIDS setelah menjalani pemeriksaan di rumah sakit umum, kurang mendapat perhatian. “Mungkin karena penyakit itu menular,” ujarnya.Berdasarkan alasan itu, katanya, Pemprov Papua akan membangun rumah sakit khusus.

“Lokasi pembangunan rumah sakit ini sudah ada,” katanya.

Pengerjaan rumah sakit itu, kata Aloysius, direncanakan dilakukan pada 2015.

“Rumah sakit khusus itu selain untuk merawat mereka yang positif HIV/AIDS, juga menangani warga yang mengidap penyakit kusta dan franbosya,” katanya.

Pemprov Papua juga berencana mengembangkan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dok II Jayapura menjadi Rumah Sakit Penyelamatan Ibu dan Anak.

“Pengembangan RSUD Jayapura dilakukan setelah rumah sakit khusus dibangun,” ujarnya.

Rumah Sakit Penyelamatan Ibu dan Anak, katanya, selain membantu ibu bersalin, juga ada semacam penginapan di sekitar rumah sakit itu untuk menampung (karantina, red.) ibu hamil yang sedang menunggu persalinan.

“Selama karantina, sang ibu akan diberi makanan tambahan bergizi bagi dirinya dan bayi yang dikandungnya,” ujarnya.

Dengan begitu, kata dia, bayi yang kelak dilahirkan, cerdas.

“Bukan berarti bayi yang selama ini tidak cerdas tapi lebih baik lagi dan punya kemampuan lebih,” ujarnya.

Mantan Direktur RSUD Abepura itu, mengatakan Gubernur Papua Lukas Enembe sedang menyiapkan anggaran pembangunan rumah sakit khusus tersebut. (MUS/M029)