Pelatihan Tumbuh Kembang Anak

 suplemenMenurut Yoga Devaera, dokter spesialis anak subspesialis nutrisi dan penyakit metabolik, tumbuh kembang anak termasuk juga kecerdasan otaknya salah satunya memang ditentukan oleh nutrisi yang diterima oleh anak.Meski demikian, Yoga mengatakan tak semua anak perlu memakan suplemen agar kebutuhan gizinya terpenuhi. Ia menerangkan, pemakaian suplemen harus benar-benar memerhatikan indikasi yang dibutuhkan tubuh dan tidak boleh gegabah diberikan pada anak.Dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) tersebut menganjurkan para orang tua mengutamakan pemberian nutrisi bagi anak melalui makanan yang bervariasi dengan gizi lengkap dan seimbang.

“Kalau anak bisa makan berbagai jenis makanan dalam jumlah cukup, tidak butuh suplemen lagi,” kata Yoga saat ditemui di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.

Ia lanjut mengatakan, “Ada orang tua yang percaya anak minum suplemen agar pintar, yang perlu diingat adalah bahwa pintar itu tidak hanya ditentukan oleh nutrisi, tetapi juga ada faktor genetik dan stimulasi.”

Menurut Yoga, pemberian suplemen yang tidak tepat justru dapat membahayakan kesehatan anak karena ada risiko kelebihan vitamin atau hipervitaminosis.

Jika anak tidak dapat memakan makanan tertentu yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan untuk mendukung kecerdasan anak, misalnya tidak dapat mengonsumsi ikan laut karena alergi, Yoga menyarankan untuk mencari penggantinya dari bahan makanan lain yang sama-sama mengandung protein.

“Masalahnya mungkin orang tua takut anak tidak dapat asupan seperti omega-3 atau DHA, itu pun bisa dicari pengganti lain, misalnya dari telur,” tutur Yoga.

Lebih lanjut, Rini Sekartini, pakar tumbuh kembang anak yang juga menjabat Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menerangkan dengan rinci bahwa kecerdasan anak dipengaruhi oleh faktor genetika dan lingkungan.

“Ada yang bilang faktor genetik lebih besar daripada lingkungan. Tapi tetap saja genetik yang baik harus didukung oleh lingkungan dengan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak yaitu ada tiga, asuh, asih, dan asah,” kata Rini.

Ia mencontohkan bagaimana seorang anak yang ayah ibunya profesor dapat bertumbuh kembang tidak optimal jika kebutuhannya tak terpenuhi.

Rini merinci, kebutuhan asuh di antaranya adalah memberikan nutrisi, imunisasi, dan pemantauan tumbuh kembang anak. Asih adalah kebutuhan anak untuk mendapat kasih sayang. Sedangkan asah ialah kebutuhan stimulasi atau rangsangan.