3 Peran Ideal Ayah Bantu Tumbuh Kembang Anak

ayah

Pelatihan Tumbuh Kembang Anak –  Fatherless atau father hunger adalah sebuah predikat yang diberikan kepada ayah lantaran hanya hadir secara fisik karena terikat dalam pernikahan, tetapi tidak terlibat dalam urusan perkembangan anak. Berdasarkan data dari Konferensi Ayah Sedunia tahun 2019, Indonesia termasuk satu dari 10 negara dengan kategori fatherless tertinggi.

Tentunya, ini bukankah suatu label yang baik. Sebab menurut Pakar Pengasuhan Keayahan, Irwan Rinaldi, peran ayah sangat penting dan tidak boleh disepelekan dalam pengasuhan anak. Terlebih saat anak berada pada usia tujuh sampai 15 tahun, kehadiran sosok ayah di tahap perkembangan ini sangatlah dibutuhkan anak.

“Jika anak tidak mendapatkan peran ayah di usia tersebut, maka akan terjadi ketimpangan antara pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya stimulan dari kedua orang tua,” katanya dalam webinar bersama Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA) pada 9 September 2020.

Salah satu kurangnya perhatian ayah bisa dirasakan anak dalam tumbuh kembangnya. Hal ini mulai dari anak lebih mudah depresi, menjadi anti sosial, rentan melakukan tindak kriminal dan kekerasan, terjerumus seks bebas, hingga narkoba. “Karena usia biologis lebih maju dibandingkan psikologisnya, hal ini juga seringkali menjadi penyebab utama terjadinya perceraian,” katanya.

Lalu, apa yang bisa dilakukan ayah untuk memperbaiki semuanya? Irwan mengatakan bahwa pada dasarnya seorang ayah memiliki tiga peran ideal yang terdiri dari loving, coaching, modelling (mencintai, melatih, dan menjadi model). Ketiga unsur dalam peran menjadi ayah ini saling berhubungan dan jika salah satu atau seluruhnya hilang, maka akan menyebabkan munculnya kondisi father hunger atau fatherless.

Dari segi loving, Irwan menjelaskan bahwa ini merupakan bentuk peran ayah dalam mencintai dirinya sendiri sekaligus mencintai istri sebagai ibu dari anak-anak. “Peran ini merupakan bentuk evaluasi diri seorang ayah untuk membayar hutang pengasuhan (deposit golden period) yang dulu tidak didapatkan keluarga dalam pengasuhan,” katanya.

Sementara untuk coaching, seorang ayah merupakan pelatih (coach) terbaik. Untuk melatih anak dengan benar, tentunya ayah harus memiliki kualitas tinggi dan bisa memberikan ilmu serta waktu bermakna bagi anak. “Misalnya ketika anak bercerita terkait perkembangannya, harus ada komunikasi berkualitas agar dapat menciptakan waktu bermakna bersama anak,” katanya.

Peran ketiga yaitu modelling, seorang ayah sebagai salah satu pendidik pertama dan utama dalam perkembangan anak harus memiliki hubungan yang kuat dengan Tuhan. Pentingnya seorang ayah membangun rasa kebapakaannya dengan memperkuat hubungan spiritual atau hubungan dengan Tuhan. “Fathering skill menjadi tidak berarti ketika ayah tidak dekat dengan Tuhan,” katanya.