Pelatihan Rumah Sakit | Diklat Rumah Sakit
Kelas menengah atas banyak meributkan soal kartu BPJS dan KIS. Apakah kegunaannya sama, angggarannya dari mana dan lainnya. Tapi, apakah Anda tahu di kalangan masyarakat kelas bawah banyak yang mendamba kartu itu. Biaya rumah sakit dan pengobatan sungguh mahal. Seperti kisah Ridho, seorang guru honorer di salah satu sekolah di Bogor. Perantau dari Pulau Sumatera yang tinggal di rumah kontrakan ini sempat terserang tipes dan harus dirawat di rumah sakit beberapa waktu lalu.“Saat masuk perawat tanya, pakai BPJS atau Tunai?,” terang Ridho menuturkan, Senin (24/11/2014). Ridho yang dibawa temannya kemudian menanyakan soal kamar yang kosong. Sang perawat sempat berkata kalau kamar penuh, tapi bila membayar tunai akan dicarikan kamar.
“Nggak lama pas bilang tunai saja, disebut ada kamar kosong untuk semua kelas. Bagaimana kalau saya bilang BPJS? Bisa nggak dirawat,” urai dia.
Tak hanya Ridho, Angga seorang buruh di sebuah pabrik di Bogor pun demikian. Saat sang anak sakit dan dibawa ke rumah sakit, pihak administrasi menanyakan soal kartu yang dipakai atau memakai uang tunai atau asuransi.
Karena kondisi balitanya sudah parah, Angga segera menyebut membayar tunai. Tak lama, ruangan di dapat. “Ya mesti keluar Rp 7 juta buat biaya rumah sakit dan obat, untung ada tabungan,” terangnya.
Soal kartu BPJS atau sekarang KIS ini memang ramai diungkit kelas menengah di media sosial. Tapi apakah mereka tahu tetangga miskin di lingkungan mereka sudah punya? Pasti banyak yang tidak tahu. Bukan apa-apa, banyak juga masyarakat miskin tak tahu bagaimana cara mendapatkan BPJS atau sekarang KIS itu. Belum lagi kadang ada rumah sakit yang menolak penggunaan kartu itu, dengan dalih kamar penuh.
“Cuma ramai saja itu orang pada ngomongin, tapi bikinnya di mana sama gimana nggak tahu. Pak RT juga nggak ada kabar,” jelas Hasyim seorang warga lainnya.