RUMAH SAKIT pada era keemasan Islam, setiap ibu kota pemerintahan Islam berdiri rumah sakit besar. Selain berfungsi sebagai tempat merawat orang-orang sakit, ia menjadi tempat bagi para dokter untuk mengajar mahasiswa dan sarana mengembangkan ilmu medisnya. Disampng itu, rumah sakit juga mempunyai perpustakaan besar yang berisi buku-buku farmakologi, anatomi, fisiologi, dan ilmu lainnya yang berkaitan dengan bidang kedokteran. Berikut beberapa rumah sakit peninggalan Islam yang sangat mashur yaitu:
Pertama, Rumah Sakit Al-Nuri
Rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang pertama kali dibangun umat Islam. Ia didirikan pada tahun 706 M oleh Khalifah Al-Walid bin Abdul Al-Malik dari Dinasti Umayyah.
Saat kepemimpinan Khalifah Nuruddin Zinki pada tahun 1156 M, rumah sakit ini diperluas dan diperbesar. Ia dilengkapi dengan peralatan paling modern dan tenaga dokter serta perawat yang profesional.
Rumah sakit ini yang pertama kali menerapkan rekam medis (medical record).
Tidak cukup itu, khalifah juga membuka sekolah kedokteran di rumah sakit tersebut. Untuk memajukan sekolah, khalifah menghibahkan perpustakaan pribadinya.
Karena rumah sakit dan sekolah berada dalam satu lokasi, para dokter sekaligus berprofesi sebagai pengajar. Biasanya, ketika seorang dokter memeriksa berbagai kasus, ia ditemani beberapa siswa. Sambil mencatat hasil pemeriksaan dan obat-obatan yang diresepkan, siswa diminta mengamati dan belajar. Kemudian dokter tersebut ke aula besar untuk mengajar mahasiswa dengan menjelaskan dan menjawab pertanyaan mereka. Materi dalam sesi pelajaran tersebut menjadi bahan tes di akhir setiap masa pendidikan. Dan hasil dari tes itu seorang atau beberapa siswa direkomendasikan menjadi dokter.
Lulusan dari sekolah tersebut lahir sederet dokter terkemuka. Salah satunya Ibn Al-Nafis yang dikenal sebagai penemu sirkulasi paru-paru.
RS ini melayani masyarakat selama tujuh abad, dan bagiannya hingga kini masih ada.
Kedua Rumah Sakit Bagdad
RS penting lainnya yang dibangun umat Islam berada di Baghdad. Ketika Khalifah Harun Al-Rashid berkuasa, dia memerintahkan cucu Ibn-Bahtishu, yang juga dokter istana bernama Jibril Jibril ibn Bahatisu dan Yuhanna ibn Masawayh. Keduanya berasal dari Jundishapur dan menguasai ilmu kedokteran Yunani. Uniknya mereka berasal dari agama nasrani.
Sama dengan rumah sakit al-Nuri, rumah sakit ini sangat memperhatikan kualitas layanan dan ketaatan yang kuat terhadap penggunaan obat-obat yang teruji secara ilmiah. Dengan kata lain, hanya obat yang telah teruji secara klinis yang diberikan kepada pasien.
Salah satu pemimpinnya adalah Al-Razi, ahli penyakit dalam termasyhur. Al-Razi atau Abu-Bakr Mohammad ibn-Zakaria al-Razi (841-926) adalah dokter istana Pangeran Abu Saleh al-Mansur, penguasa Khorosan. Dokter yang oleh Barat disebut dengan nama Razes, itu kemudian pindah ke Baghdad dan menjadi dokter pribadi khalifah.
Al-Razi menulis banyak buku tentang kedokteran. Salah satunya bertajuk al-Mansuri. Dalam buku ini ia membahas tiga aspek penting dalam kedokteran, yaitu kesehatan masyarakat, pengobatan preventif, dan penanganan penyakit-penyakit khusus. Buku-buku al-Razi banyak menjadi rujukan dan dipelajari di sekolah-sekolah kedokteran, termasuk di negara-negara Barat.
Namun, invasi bangsa Mongol menghancurkan rumah sakit ini, berikut koleksi pustakanya.
Ketiga, Rumah Sakit Ahmad ibn Tulun.
Rumah sakit ini merupakan yang pertama di Kairo yang didirkan pada tahun 872-874 oleh Sultan Ahmad ibn Tulun. Pada jamannya, ia telah memiliki manajemen perawatan yang modern dan spesifik, bahkan lebih maju di masanya.
Untuk melengkapi pelayanan, rumah sakit ini memiliki dua rumah pemandian, masing-masing untuk pria dan wanita.
Pasien yang hendak masuk rumah sakit ini harus melepas pakaian berpergian mereka untuk disimpan di tempat khusus, termasuk barang berharganya, dan dijaga oleh petugas rumah sakit. Mereka diberikan pakaian khusus untuk pasien dan dibawa menuju tempat tidurnya.
Rumah sakit ini juga memiliki akademi kedokteran dan perpustakaan yang kaya literatur medis. Buku yang ada di perpustakaan lebih dari seratus ribu buku.
Selain perpustakaan, juga didiirkan sebuah peternakan besar dekat rumah sakit, di mana tanaman obat dan rempah-rempah ditanam untuk memasok kebutuhan bahan dasar obat-obatan rumah sakit.
Sultan Ahmad ibn Tulun membangun rumah obat di samping masjid Tulun yang kompleks dengan rumah sakit Tulun. Sultan yang juga pendiri dinasti Tuluniyah ini telah merintis sebuah rumah sakit pertama yang didanai dari waqaf. Reputasinya sangat terkenal dan baru bisa disaingi oleh rumah sakit Adudi di Baghdad yang berdiri pada tahun 980. Terobosannya menopang operasional rumah sakit lewat waqaf , dicontoh para pemimpin khalifah Islam lainnya.
Keempat, Rumah Sakit Al-Mansuri
Rumah Sakit ini didirikan oleh Raja Al-Mansur Sayf al-Din Qalawun di Kairo pada 683 H/ 1284 M. Rumah sakit ini memiliki kualitas akurasi, organisasi dan kebersihan. Selain juga mampu menampung lebih dari empat ribu pasien setiap harinya.
Rumah sakit ini juga termasuk modern mirip dengan RS al-Nuri.
Saat masih menjadi putra mahkota, Mansur Qalawun jatuh sakit dalam perjalanan menuju Damaskus, Syria selama Perang Salib. Setiba di Damaskus, ia memperoleh perawatan di RS al-Nuri. Setelah dirawat beberapa waktu ia pun sembuh dan kembali pulang ke Kairo, Mesir. Mansur sangat terkesan atas layanan RS al-Nuri dan takjub atas kemegahan serta kemodernan RS itu. Karena itu, sekembalinya ke Kairo, ia segera membangun RS serupa yang kemudian dikenal dengan nama RS al-Mansuri.
Di dalam kompleks rumah sakit yang luas ini terdapat empat bangunan berdiri di sekitar taman dengan pilar-pilar disejuki pepohonan rindang dan kolam air mancur. Rumah sakit ini memiliki bangsal terpisah untuk ragam penyakit dan pemulihan pasien, terdapat pula laboratorium, dapur diet, pemandian, perpustakaan, ruang pertemuan serta perawatan khusus sakit mental. Perawatan diberikan gratis baik pria maupun wanita. Para pasien yang terjaga dihibur alunan musik lembut, pendongeng, dan bila perlu buku-buku sejarah’.
Jumlah pasien yang dilayani rumah sakit ini mencapai 4.000 orang setiap harinya. Perawatan inap bebas biaya dan jika pasien selesai rawat inap diberikan bekal asupan serta uang kompensasi penghidupan yang hilang selama dirawat inap. Rumah sakit ini tetap menerima pasien dalam kurun waktu 7 abad lamanya.
Saat ini rumah sakit al-Mansur dipakai untuk optamologi dan dinamai rumah sakit Mustashfa Qalawun.
Ibn al-Nafis (1208-1288) pernah menjadi kepala rumah sakit ini. Ia telah menulis sejumlah buku di bidang kedokteran. Salah satunya adalah kitab Mujaz al-Qanun.
Demikian beberapa rumah sakit yag didirikan umat Islam sebagai bukti bahwa peradaban Islam merupakan pelopor di bidang kedokteran modern.