Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi, menilai cakupan deteksi dini untuk kanker payudara dan kanker serviks perlu ditingkatkan. Apalagi pendeteksian dua kanker tersebut sebenarnya mudah, murah, dan sederhana. “Cakupan deteksi dini ini masih perlu ditingkatkan dengan kerja keras, kerja cerdas, dan inovasi bersama seluruh lapisan masyarakat,” katanya, Senin (7/10). Sejak pencanangannya hingga tahun 2013, Pemerintah telah memperluas pelaksanaan deteksi dini kedua kanker tersebut ke 140 kabupaten di 31 provinsi, yang dilaksanakan oleh 500 dari 9.500 Puskesmas.
“Saat ini, telah ada 202 pelatih yang terdiri dari dokter spesialis obstetri ginekologi, dokter spesialis bedah onkologi, dokter spesialis bedah, dan diperkuat oleh 1.192 providers atau pelaksana program terdiri dari dokter umum dan bidan,” katanya Nafsiah Mboi.
Ia menyebutkan, ketidaktahuan masyarakat, khususnya kaum perempuan Indonesia pada bahaya kanker payudara dan kanker serviks perlu disikapi dengan peningkatan upaya promotif-preventif. Antara lain dengan melaksanakan sosialisasi, advokasi, dan edukasi di berbagai elemen masyarakat.
Menurut Menkes, edukasi akan lebih efektif jika dilakukan lebih awal, antara lain pada siswa sekolah melalui guru-guru mereka dibantu oleh para ahli. Ia mengatakan kedua kanker tersebut merupakan kanker yang paling sering dijumpai pada perempuan. Dalam pengendalian kanker payudara dan kanker serviks, Pemerintah menargetkan minimal 80 persen perempuan usia 30-50 tahun melakukan deteksi dini setiap 5 tahun.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah perempuan Indonesia yang berusia 30-50 tahun adalah sekitar 35 juta (35.950.765 orang). Ia menyebutkan, sampai dengan tahun 2012 jumlah perempuan yang telah diskrining lebih dari 550 ribu orang (575.503 orang) dengan jumlah IVA (+) lebih dari 25 ribu orang (25.805 orang) atau 4,5%), suspek kanker leher rahim 666 (1,2 per 1.000) dan suspek tumor payudara 1.289 (2,2 per 1.000).