Pelatihan Rumah Sakit | Diklat Rumah Sakit-Banyaknya masalah dalam pelayanan rumah sakit yang muncul sejak penerapan UU Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), termasuk makin meningkatnya tuntutan masyarakat harus secepatnya diatasi dengan berbagai terobosan. RS tidak bisa lagi memberikan pelayanan dan menerima pasien hanya apa adanya tanpa upaya baru, di antaranya memperbaiki infrastuktur pelayanan dengan teknologi informasi. Dr. Lia G Partakusuma, MSi, Direktur Medik dan Keperawatan RS Fatmawati sebagai ketua Asosiasi Rumah Sakit Vertikal Indonesia (ARVI), mengatakan hal itu kepada “PR” Online, di sela kunjungannya ke Rumah Sakit Ortopedi (RSO) Prof. Dr. Soeharso, Solo, Jumat (30/5/2014).

Dia bersama rombongan dari RS Cipto Mangunkusumo, RS Persahabatan, RS Harapan Kita Jakarta dan lain-lain, melakukan studi pemanfaatan TI dalam manajemen RS dan bridging system yang mengintegrasikan sistem TI di rumah sakit dengan BPJS dan INA CBGs Kemenkes.

“Masalah yang muncul sejak diundangkannya JKN pada penggunaan TI. Seluruh rumah sakit, terutama 40-an RS anggota ARVI harus segera menentukan pilihan sistem TI yang memungkinkan TI Di RS terintegrasi dengan BPJS dan INA CBGs. Manajemen RS tidak bisa hanya coba-coba TI yang selalu terjadi kesalahan, karena akan berdampak pada pelayanan,” jelasnya.

Menurut dr. Lia, sebagian besar RS anggota ARVI sudah menerapkan manajemen berbasis TI secara berbeda-beda. Namun, seperti di RS Fatmawati yang setiap hari menangani 1.500-an pasien baru selalu ada masalah dan kendala dalam pelayanan, sementara masyarakat tidak bisa menunggu perbaikan layanan.

Dalam upaya mencegah kegagalan penggunaan TI akibat coba-coba, sambungnya, RS harus aktif dan secepatnya menyesuaikan dengan sistem TI RS yang sudah jalan. Menurut dia, RSO Prof. Soeharso yang sudah menjalin kerjasama dengan BPJS, karena setahun sebelumnya “mencuri start” menerapkan manajemen RS berbasis TI.

“Sistem itu kini terintegrasi dengan BPJS melalui bridging system. Karena start lebih awal, RSOP sudah tahu berbagai kendala dan kini RS anggota ARVI minta RSOP berbagi,” ujarnya.

Dr. Lia Partakusuma menambahkan, meningkatnya kesadaran masyarakat yang terkait program JKN, dapat dilihat pada kian banyaknya kasus penyakit sulit yang masuk RS. Dia menyebut contoh penderita penyakit kanker atau tulang bengkok yang dahulu dengan pengobatan alternatif, sekarang dibawa ke RS karena setelah ditanggung BPJS biayanya murah.