Diklat Rumah Sakit |Pelatihan Manajemen Rumah Sakit -Dalam waktu dekat Kota Surabaya memiliki rumah sakit (RS) riset. Izin operasional rumah sakit itu kini memasuki tahap akhir. Direktur Eksekutif  RS Khusus Penyakit Tropik dan Infeksi Prof Dr Boerhan Hidayat mengatakan, Proses pengajuan izin operasional sudah sampai pada tahap akhir. Saat ini  tinggal masalah perubahan nama dan pemenuhan sumber daya manusia. Dijelaskan Boerhan, RS Riset yang berlokasi di kampus C Universitas Airlangga (Unair) Mulyorejo ini rencananya digunakan sebagai tempat meneliti berbagai macam penyakit. Khususnya untuk jenis penyakit tropik dan infeksi.

Meski belum mengantongi izin resmi, namun RS Riset sudah mulai menjalankan sejumlah aktivitas.
“Itu supaya alat-alat yang ada tidak nganggur, jadi kami gunakan untuk sekadar pendidikan dan pelatihan,” kata Boerhan usai bertemu Wali Kota Surabay, Tri Rismaharini, Kamis (13/3/2014).

Nantinya, dikatakan Boerhan, jika sudah resmi beroperasi maka RS Khusus Penyakit Tropik dan Infeksi akan menjadi satu-satunya RS riset di Indonesia. Dimana fungsi utama RS riset tentu berbeda dengan RS pelayanan pada umumnya.

Targetnya yakni membantu bidang penelitian berbagai macam penyakit, mencapai kesetaraan di bidang kedokteran dengan negara-negara lain, dan meminimalisir penyakit.

Hanya saja, menurut Boerhan, selama ini yang intens meneliti justru para ahli medis dari luar negeri. Mereka mengadakan penelitian di Indonesia serta menghasilkan buku-buku referensi. Buku-buku tersebut yang banyak dijadikan acuan dokter-dokter dalam negeri.

“Kondisi demikian memang ironis, penelitian dilakukan di tanah air oleh orang luar negeri. Kita hanya mengkonsumsi bukunya. Kenapa bukan kita sendiri yang meneliti, ini kan wilayah kita,” ucap Boerhan.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, para pakar medis di Indonesia masih lemah di bidang penelitian. Bisa jadi hal itu karena kurang adanya penghargaan akan capaian para peneliti. Hal itu berakibat tidak ada motivasi yang melandasi sebuah penelitian.

Namun walikota menyakini dari segi sumber daya manusianya,  para ahli medis Tanah Air masih bisa bersaing. “Kita yakin pakar Indonesia tidak akan kalah dengan pakar asing,” tutur Risma